Kota Magelang – Penguatan moderasi beragama bagi siswa dilakukan Kementerian Agama Kota Magelang salah satunya melalui pendidikan formal. Tidak hanya dilingkungan madrasah saja, akan tetapi juga disekolah-sekolah binaan instansi dinas pendidikan di wilayah Kota Magelang.
Pendidikan adalah suatu pondasi dalam hidup yang harus dibangun dengan sebaik mungkin. Nilai-Nilai moderasi beragama juga harus ditanamkan kepada peserta didik. Hal ini sebagai langkah preventif untuk memutus dan mematahkan tangkai radikalisme beragama pada kehidupan peserta didik di semua jenjang pendidkan.
Pagi ini, Kepala Kankemenag Kota Magelang membuka kegiatan bina karakter bagi siswa siswi SD Kristen, SMP Kristen dan SMP Negeri 3 yang berlangsung di Aula Gereja Kristen Indonesia (GKI) Pajajaran Jl. Pajajaran No. 27 Kemirirejo Magelang Tengah, (Senin, 12/12).
“Moderasi beragama adalah cara pandang dalam beragama secara moderat, yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrim. Baik ekstrim kanan atau pemahaman agama yang sangat kaku, maupun ekstrim kiri atau pemahaman agama yang sangat liberal,” ujar Sofia Nur dalam sambutannya.
“Moderasi beragama adalah pemahaman beragama dalam kerangka NKRI, oleh karena itu harus terus menerus dilakukan baik untuk para pendidik maupun siswa-siswinya,’’ lanjutnya.
Strategi penguatan moderasi beragama dilaksanakan melalui integrasi ilmu, yakni integrasi ilmu umum dengan ilmu agama dan sebaliknya integrasi ilmu agama dengan ilmu umum, seperti ilmu tentang kearifan lokal, kebangsaan, dunia global dan sebagainya.
Penajaman materi 4 pilar kebangsaan yang meliputi Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Binneka Tunggal kepada siswa, secara otomatis akan mempertajam pula jiwa nasionalisme siswa.
Dikesempatan ini pula, Kasubag TU Kankemang Kota Magelang berkesempatan menjadi salah satu pemateri penguatan karakter Pancasila. Dengan kepiawaiannnya yang unggul dalam mentransfer ilmu, Ia mampu menciptakan suasana funly dan interaktif, dengan tidak mengurangi bobot kualitas edukatifnya.
Abdurrosyid menerangkan materi dengan contoh-contoh riil dan selingan humor-humor segar, sehingga lebih mudah ditangkap dan difahami meskipun oleh siswa siswi di tingkatan SD dan SMP. Tuntas ia mengulas sejarah kehebatan nenek moyang bangsa Indonesia dalam merawat persatuan meskipun dengan latar belakang yang beragam baik suku, budaya, agama maupun bahasa. (Hari).