Kota Magelang – Perubahan zaman yang begitu deras menghadirkan tantangan tersendiri. Sebagaimana kata Sayyidina Ali ra, Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya. Jika pendidikan tidak mengikuti zamannya, hanya akan menghasilkan peserta didik yang kurang kompatibel. Karena itulah, sejumlah 8 guru mapel Al-Qur’an Hadis MA se-Kota Magelang mengikuti kegiatan Bintek Implementasi Pembelajaran Kurikulum (KMA 183 & 184) dan Implementasi E-Learning MA di Madrasah Zona Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DIY, Banten, dan Bali. Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari mulai Senin (05/10) di MAN 1 Kota Magelang.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Magelang Sofia Nur dan Kasi Penmad Arif Yudha Himawan memantau dan mendampingi langsung kegiatan Bimtek ini. Sofia mengharapkan para guru yang mengikuti Bimtek implementasi KMA 183 dan 184 dan implementasi E-Learning ini hingga tuntas sehingga mampu mengembangkan dan melaksanakan tuntutan kurikulum dalam segala kondisi. Terutama di masa pandemi, guru harus mampu mengemas pembelajaran Al-Qur’an Hadis berbasis teknologi agar siswa mampu bersikap Qur’ani dalam memandang dan menyikapi kehidupan yang penuh tantangan.
“Kita butuh guru yang mampu beradaptasi dalam kondisi apa pun serta Memahami kàrakteristik belajar muridnya. Sehingga, guru mampu menerapkan gaya belajar yang tepat dengan menggunakan multi metode dan pendekatan. Sebab, struktur kurikulum itu berbasis mandiri sehingga madrasah punya kewenangan untuk mengimplementasikan KMA 183 berbasis kepentingan karakteristik individu siswa,” ungkap Sofia.
“Namun, ada hal yang tidak bisa dilakukan oleh teknologi, sikap, rasa, dan karakter. Guru harus mampu menjadi uswah hasanah, memberi teladan berupa perilaku yang kita harapkan dari murid kita. Guru mampu memberi contoh bagaimana memandang dan menyikapi kehidupan,” imbuhnya.
Begitu juga Arif menyampaikan bahwa tugas guru adalah menemukan potensi atau bakat siswa sehingga mampu berprestasi. Untuk itu, guru harus visioner dengan memiliki gagasan besar bagaimana menggunakan teknologi dalam pembelajaran. Guru juga harus mampu mengintegrasikan akhlak dan literasi dalam proses pembelajaran.
“Untuk itulah, guru harus mampu mengarahkan dan mempercayai anak-anak agar mampu memanfaatkan teknologi. Penilaian yang dilakukan buru diarahkan untuk mengetahui dan mendrong peserta didik dalam bersikap dan berperilaku beragamanya. Sehingga, siswa mampu mengkeskpresikan pemahaman agamanya dalam hidup secara bertanggung jawab, toleran, dan moderat,” jelas Arif.
Ke depan, diharapkan agar pembelajaran Al-Qur’an Hadis di MA se-Kota Magelang diarahkan agar siswa mampu memahami prinsip-pinsip bagaimana pemahaman agamanya terinternalisasi dalam diri mereka sehingga nilai-nilai agama menjadi pertimbangan dalam cara berpikir, bersikap, dan bertindak bagi peserta didik. (Lilik)