Kota Magelang, 03 Maret 2025. Fathurrohim Kasi Penmad memberikan kuliah tujuh menit (kultum) perdana yang dijadwalkan rutin setiap Senin sampai Kamis selama bulan Ramadlan 1446 H. Kegiatan yang dilaksanakan setelah sholat Dhuhur berjamaah di Masjid Baitul Ma’mur komplek Kantor Pemerintah Kota Magelang.
Dalam kesempatan tersebut, Fathurrohim menyoroti fenomena yang sering terjadi menjelang atau di awal Bulan Ramadlan, yakni ucapan “Ramadlan Mubarak” yang kerap terdengar dan tersebar dalam berbagai bentuk. Mulai dari flayer, ucapan kepada teman, banner yang dibuat oleh takmir masjid, hingga baliho besar yang dipasang oleh instansi pemerintah.
Frasa “Ramadlan Mubarak” secara bahasa berarti “bulan Ramadlan yang diberkahi” dan sering diterjemahkan sebagai “Bulan Ramadlan Penuh Berkah”. Namun, apa sebenarnya makna dari berkah atau barokah?
Merujuk pada pendapat Ibnu Asyur dalam kitab al-Tahrir wa al-Tanwir, barokah didefinisikan sebagai kebaikan yang banyak dan berkembang (katsratul khair wa namaa’uhu). Namun, bentuk kebaikan ini sering kali dipahami secara subjektif. Apa yang dianggap baik oleh seseorang belum tentu baik bagi orang lain, dan yang baik menurut manusia belum tentu sesuai dengan ketentuan Allah SWT.
Dalam kitab tafsir Lubab al-Ta’wil fi Ma’ani al-Tanzil, Al-Khazin memberikan batasan yang lebih jelas tentang makna berkah, yaitu bahwa asal barokah adalah tetapnya kebaikan ilahi pada sesuatu (ashlu al-barokah tsubut al-khair al ilahy fi al-syai’i). Dengan kata lain, berkah haruslah berupa kebaikan yang sejalan dengan pesan-pesan ilahi.
Di bulan Ramadlan ini, Allah SWT menurunkan banyak kebaikan. Di antaranya, Allah menurunkan kitab suci Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia. Selain itu, Allah menjadikan salah satu malam di dalamnya lebih baik dari seribu bulan, yaitu Lailatul Qadar. Di bulan ini, setan-setan dibelenggu, pahala ibadah dilipatgandakan, serta rahmat dan maghfirah-Nya dicurahkan kepada hamba-hamba-Nya. Kebaikan-kebaikan ilahi yang melimpah di bulan ini menjadikan Ramadlan penuh berkah.